Penelusuran
asal-usul tempe cukup sulit karena menghadapi beberapa kendala,
diantaranya karena faktor tulisan dan bahasa. Tulisan Jawa Kuno sudah
hampir punah dan bahasa Jawa Kuno nyaris berubah menjadi bahasa Jawa
Baru.
Dalam buku Bunga Rampai Tempe Indonesia, Mary Astuti,
seorang pakar tempe dari Universitas Gajah Mada menuliskan asal-usul
kedelai dan tempe berdasarkan hasil penelusuran dokumen yang ada.
Menurutnya (dari dua buah kamus), kedelai berasal dari bahasa Tamil
(India Selatan) yang berarti kacang kedelai (mung bean, soybean).
Berdasarkan
catatan para pedagang Cina yang datang ke Jawa pada zaman Dinasti Sung
(abad X), pulau Jawa merupakan daerah pertanian yang subur dengan hasil
pertanian berupa padi, rami, dan polong-polongan, tetapi tidak terdapat
gandum (Groenevelt, 1960). Para pedagang Cina yang berdagang dengan
orang Jawa memberikan informasi (sekitar abad XXI) bahwa barang-barang
dagangan dari Jawa adalah kapuk, buah pinang, pala, fuli, cengke,
gambir, nangka, dan pisang. Sebaliknya, dari Cina diimpor boraks,
sutera, dan aluminium. Kedelai tidak disebutkan dalam daftar komoditas
impor Cina tersebut, suatu bukti bahwa kedelai belum diperhatikan dan
dibudidayakan di negeri Cina.
Mary Astuti menulis bahwa dalam
pustaka Serat Sri Tanjung (sekitar abad XII dan XIII) yang bercerita
mengenai Dewi Sri Tanjung, terselip kata kedelai yang ditulis sebagai
kadele. Salah satu baitnya menggambarkan jenis tanaman di Sidapaksa yang
mengandung kata kedelai, kacang wilis, dan kacang luhur.
Kata
kedelai tidak hanya ditemui dalam Serat Sri tanjung, tetapi juga dalam
Serat Centhini. Oleh penulisnya, Serat Centhini disebut Suluk
Tambangraras. Pada Serat Centhini, kata kedelai terdapat pada jilid II,
sedangkan kata tempe terdapat pada jilid III. Serat Centhini jilid III
tersebut menggambarkan perjalanan Mas Cebolang dari Candi Prambanan
menuju Pajang dan mampir di Tembayat, Kabupaten Klaten. Di sana,
Pangeran Bayat dijamu dengan lauk-pauk seadaanya, termasuk tempe.
Dalam
The Book of Tempeh Dr. Sastroamijoyo memperkirakan bahwa tempe sudah
ada lebih dari 2.000 tahun yang lalu. Saat itu bangsa Cina membuat
makanan dari kedelai yang hampir mirip tempe, yaitu koji (sejenis
kecap). Makanan tersebut terbuat dari kacang kedelai matang yang
diinokulasi dengan Aspergillus oryzae. Metode inokulasi ini kemudian
dibawa para pedagang Cina ke Pulau Jawa dan dimodifikasi agar sesuai
dengan selera orang Jawa. Modifikasi dilakukan dengan mengganti
Aspergillus oryzae dengan Rhizopus yang sesuai dengan iklim Jawa.
Pada
zaman Jawa kuno, terdapat makanan yang dibuat dari sagu, disebut tumpi
(Zoetmulder, 1982). Oleh sebab tempe juga berwarna putih dan
penampakannya mirip tumpi maka makanan olahan kedelai ini disebut tempe.
Penemuan-penemuan
tersebut sudah merupakan bukti yang cukup untuk memastikan bahwa tempe
berasal dari Jawa. Tempe merupakan ciptaan dan menjadi budaya orang
Jawa. Penyebaran tempe saat ini sudah berkembang di seluruh tanah air
dan tidak terlepas dari ciri-ciri dan budaya Jawa itu sendiri.
No comments:
Post a Comment